Kamis, 12 Mei 2016


SOLO – Temon Holic (TH) bermula dari Klaten. Jogetan ini berawal dari goyangan Muchtar Setyo Wibowo alias Temon. Dari sinilah sejarah Temon Holic berawal.
Teguh Riyanto, 37, mengenang masa dua tahun lalu saat dirinya sering keluar malam bersama sang istri untuk mencari tontotan favorit, konser dangdut.
Suatu ketika, warga Sidorejo, Klaten Tengah, Klaten itu melihat ada seorang laki-laki yang berjoget dengan gaya unik pada sebuah acara dangdutan. Teguh kemudian semakin sering melihat lelaki itu pada acara dangdutan di tempat lain.
Usut punya usut, lelaki yang berjoget unik itu ternyata bernama Temon, warga Kadilanggon, Wedi, Klaten yang punya nama asli Muchtar Setyo Wibowo. Singkat cerita, orang-orang yang menyukai gaya berjoget Temon lalu berkumpul dan bersepakat membuat wadah untuk menampung penyuka joget dangdut lainnya. Mereka akhirnya mendeklarasikan Temon Holic pada awal 2013.
Teguh bukanlah pendiri Temon Holic. Ia bergabung setelah kelompok itu terbentuk. Tapi ia punya cita-cita agar Temon Holic menjadi organisasi joget resmi. Namun, ide itu tak serta-merta diterima rekan-rekannya.
“Hingga suatu ketika, saya mengumpulkan enam orang Temon Holic di Alun-alun Klaten. Saya menyampaikan usul saya. Saya ingin Temon Holic mengangkat derajat joget dangdut,” ujar lelaki yang kini menjabat sebagai Ketua Temon Holic Pusat itu saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (6/5/2015).
Ide kreatif itu melahirkan resolusi baru Temon Holic. Mereka berkomitmen untuk mengubah imej dangdut agar tidak identik sebagai musik kampungan.
Mereka juga ingin mengampanyekan antimabuk saat berjoget dangdut. Joget dangdut juga tak boleh ngawur. Ciri itu lekat hingga kini.
Setiap mendatangi acara dangdutan, anggota Temon Holic akan berbaris dan berdangdut dengan gerakan yang sama. Selain itu, Temon Holic ingin semua orang bisa ikut berjoget.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar